Teori Tingkah Laku Konsumen: Teori Nilai Guna (Utiliti) Ekonomi Mikro

A. Teori Nilai Guna (Utility) 

Dalam membahas mengenai nilai guna perlu di bedakan diantara dua pengertian: Nilai guna total dan Nilai guna marjinal. 

1. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. 

2. Sedangkan Nilai Guna Marjinal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akaibat dan dan pertambahan (atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu. 

Untuk melihat dengan lebih jelas perbedaan kedua pengertian tersebut ialah seperti. Nilai Guna total dari mengkonsumsikan 10 buah mangga meliputi seluruh kepuasan yang diperoleh  dari memakan semua mangga tersebut. Sedangkan Nilai Guna Marjinal dari mangga yang kesepuluh adalah pertambahan kepuasan yang diperoleh dari memakan buah mangga yang kesepuluh.

1. Hepotesis Utama Teori Nilai Guna 

Hipotesis Utama teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marijinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh dari seseorang yang mengkonsumsikan suatu barang yang akan menjadi semikin sedikit  apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. 

Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif-yaitu apabila konsumsi keatas barang tersebut ditambah satu unit lagi,maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit. Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertumbuhan yang terus-menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya. Pada permulaannya setiap tambahan konsumsi akan mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut. 

B. Pemaksimuman Nilai Guna 

Salah satu pemisalan penting dalam teori ekonomi adalah: setiap orang kan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang akan dinikmatinya. Dengan perkataan lain, setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan nilai guna dari barang-barang  yang dikonsumsikannya. Apabila yang dikonsumsikannya hanya satu barang saja, tidak sukar untuk menentukan pada tingkat mana nilai guna dari memperoleh dan menikmati barang itu akan mencapai tingkat yang maksimum.

Tingkat itu dicapai pada waktu nilai guna total mencapai nilai maksimum. Tetapi kalau barang yang digunakan adalah berbagai jenis-jenisnya,cara untuk menentukan corak konsumsi barang-barang yang akan menciptakan nilai guna yang maksimum menjadi lebih rumit.

1. Cara Memaksimumkan Nilai Guna 

Kerumitan yang timbul untuk menentukan susnan/komposisi dan jumlah barang yang akan mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan harga-harga berbagai barang. Kalau harga setiap barang adalah bersamaan, nilai guna akan mencapai tingkat yang maksimum apabila nilai guna marjinal dari setiap barang adalah sama besarnya. Misalnya seseorang mengkonsumsikan tiga macam barang yaitu sejenis pakaian, sejenis makanan, dan sejenis hiburan (seperti menonton film). 

Didapatinya bahwa unit pakaian yang ketiga,unit pakaian yang ke lima,dan unit hiburan yang kedua memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya. Kalau harga ketiga barang tersebut adalah bersamaan,kepuasan yang maksimum (atau nilai guna yang maksimum) akan diperoleh orang tersebut apabila mengkonsumsikan: tiga unit pakaian,lima unit makanan,dan dua kali menonton.

2. Syarat Pemaksimuman Nilai Guna 

Syarat yang harus dipenuhi adalah: Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya. Misalkan seseorang melakukan pembelian dan konsumsi keatas dua macam barang :yaitu makanan dan pakaian, dan berturut-turut harganya adalah 5000 rupiah dan 50000 rupiah.Tambahan satu unit makanan akan memberikan nilai guna marjinal senyak 5,dan tambahan satu uinit pakaian mempunyai nilai guna marjinal sebanyak 50. 

Andaikata orang tersebut mempunyai uang sebanyak 50000 rupiah,kepada barang apakah uang itu akan dibelanjakannya? Dengan uang itu orang tersebut dapat membeli 10 unit makanan ,maka jumlah nilai guna marjinal yang diperolehnya adalah 10 x 5 = 50. Kalau uang itu digunakan untuk membeli pakaian,yang diperolehnya hanyalah satubunit dan nilai guna marjinal dari satu unit tambahan pakaian ini adalah 50.

Berdasarkan kepada contoh diatas dapatlah dikemukakan hipotesis berikut: 

a. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang akan  dikonsumsikannya apabila perbandingan nilai guna marjinal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga barang-baranng tersebut. Keadaan seperti ini wujud dalam contoh di atas. Perbandingan harga makanan dan pakaian adalah 5000:50000 atau 1:10,dan ini adalah sama dengan perbandingan nilai guna marjinal makanan dari pakaian,yaitu 5:50 atau 1:10. 

b. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari bramag-barang yang akan dikonsumsikannya apabila nilai guna marjinal untuk setiap rupiah yanag dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan. Dalam contoh diatas Nilai guna marjinal per rupiah darai tambahan makan adalah nilai guna marjinal / harga = 5/5000 = 1/1000. Dan nilai gnna marjinal per rupiah dari tambahan pakaian adalah : nilai guna marjinal / harga = 50 : 50000 = 1/1000.

Kedua hipotesis tersebut mengandung pengertian yang sama. Syarat pemaksimuman nilai guna biasanya dinyatakan secara rumus aljabar,yaitu 

C. Teori Nilai Guna dan Teori Permintaan 

Dengan menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan bersifat menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang menggambarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak permintaan ke atasnya. Ada 2 faktor yang menyebabkan permintaan keatas suatu barang berubah apabila harga barang itu mengalami perubahan: Efek penggantian dan Efek pendapatan. 

1. Efek Penggantian Perubahan suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marjinal per rupiah yang diwujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah. Misal, harga barang A bertambah tinggi, maka sebagai akibatnya sekarang MU barang A/PA menjadi lebih kecil dari semula. Kalau harga barang-barang lainnya tidak mengalami perubahan lagi maka perbandingan diantara nilai guna marjinal barang-barang itu dengan harganya (atau nilai guna marjinal per rupiah dan barang-barang itu) tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, untuk barang B misalnya, MU barang B/PB yang sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Berarti sesudah harga barang A naik, keadaan yang berikut berlaku:


Dalam keadan seperti diatas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka kepuasan konsumen akan menjadi bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih banyak barang B dan mengurangi pembelian barang A. kedaan diatas menunjukkan bahwa kalau harga naik, permintaan terhadap barang yang mengalami kenaikan harga tersebut akan menjadi semakin sedikit.

Dengan cara yang sama sekarang tidak susah untuk menunjukkan bahwa penurunan harga menyebabkan permintaan ke atas barang yang mengalami penurunan harga itu akan menjadi bertambah banyak. Penurunan harga menyebabkan barang itu mewujudkan nilai guna marjinal per rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per rupiah dari barang-barang lainnya yang tak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan ke atas barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila harganya bertambah rendah. 

2. Efek Pendapatan 

Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat dari perubahan harga kepada pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, lebih memperkuat lagi efek panggantian didalam mewujudkan kurva permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Uraian berikut menerangkan bagaimana teori utility dapat digunakan untuk membentuk kurva permintaan.

3. Mewujudkan Kurva Permintaan 

Andaikan seorang konsumen hanya membeli dua jenis barang yaitu makanan (m) dan pakaian (k). Andaikan apabila ia menggunakan 10 unit makanan, konsumen itu mencapai keseimbangan konsumen yaitu: 

a. Paradoks Nilai 

Sebelum teori nilai guna dikembangkan, ahli-ahli ekonomi mengalami kesulitan di dalam menerangkan perbedaan yang mencolok di antara harga air dan harga berlian. Air merupakan barang yang sangat berharga tetapi harganya murah. Sedangkan berlian bukanlah benda yang sangat penting tetapi narganya sangat mahal. Teredapat dua alasan yang digunakan enerangkan keadaan tersebut. 

Yang pertama adalah alasan yang sudah lama disadari oleh ahli-ahli ekonomi, yaitu perbedaan dalam biaya priduksi. Air merupakan benda yang mudah didapat di berbagai tempat sehingga untuk memperolehnya tidak diperlukan biaya yang terlalu besar. Tetapi tidak demikian halnya dengan berlian sebab ia merupakan barang yang sangat sukar untuk diperoleh dan biaya untuk memproduksinya sangat tinggi. Maka alasan bahwa barangnya sangat langka dan biaya produksinya sangat mahal merupakan jawaban yang belum memuaskan untuk menerangkan perbedaan harga yang sangat mencolok di antara air dan berlian. 

Teori nilai guna memberi penjelasan yang lebih tepat mengenai sebabnya terdapat perbedaan yang sangat mencolok tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan oleh nilai guna marginal mmereka yang sangat berbeda. Oleh karena air sangat mudah diperoleh maka orang akan mengkonsumsi air sehingga pada tingkat dimana nilai guna marginal air sangat murah. Nilai guna marginal air adalah begitu rendahnya sehingga orang baru mau menggunakan lebih banyak air apabila harganya sangat rendah sekali. Nilai guna marginallah yang menentukan apakah suatu barang itu mempunyai harga yang tinggi atau rendah.

D. Surplus Konsumen 

Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini dalam analisis ekonomi, dikenal sebagai surplus konsumen. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh seeorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang dengan pembayaranyang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut.

Dengan asumsi kepuasan yang didapat lebih besar daripada pembayaran yang dibuat. Perhatikan contoh yang sederhana berikut. Seorang konsumen pergi ke pasar membeli mangga dan bertekad membeli satu buah yang cukup besar apabila harganya Rp.1500. Sesampainya dipasar ia mendapati bahwa mangga yang diinginkannya hanya berharga Rp.1000. jadi, ia dapat memperoleh mangga yang diinginkannya dengan harga Rp.500 lebih murah daripada harga yang bersedia dibayarkannya. Nilai Rp.500 ini dinamakan Surplus Konsumen. Contoh angka: (1) Surplus konsumen wujud sebagai akibat dari nilai guna marginal yang semakin sedikit. Misalkan pada barang ke-n yang dibeli, nilai guna marginalnya sama dengan harga. Dengan demikian, oleh karena nilai guna marginal dari barang ke-n adalah lebih rendah dari barang sebelumnya, maka nilai guna marginal barang yang sebelumnya adalah lebih tinggi dari harga barang itu dan perbedaannya merupakan surplus konsumen


Berapakah surplus konsumenya? Hal itu ditunjukkan dalam kolom (3) dan (4). Dalam kolom (3) ditunjukkan surplus konsumen yang diwujudkan oleh setiap mangga yang dibelinya. Sebagai contoh, untuk memperoleh mangga yang ketiga dia bersedia membayar Rp 1.300,00 sedangkan harga yang harus dibayarnya adalah Rp 700,00. Maka apabila mangga yang ketiga dibeli untuk konsumsi ini, ia akan memperoleh surplus konsumen sebesar Rp 600,00. Karena untuk mangga pertama hingga kelima, harga yang bersedia dibayarnya adalah lebih tingi daripada harga pasar , maka konsumen mangga itu akan memperoleh surplus konsumen yang lebih besar apabila konsumsi mangganya dinaikkan sehingga menajadi mencapai lima buah seminggu. Dia akan menghentikan membeli mangga apabila konsumsi mangganya adalah 6 mangga seminggu karena untuk mangga yang ke-6 ini pembeli mangga tersebut tidak memperoleh surplus konsumen lagi. Jumlah seluruh surplus konsumen yang dinikmati dari membeli 6 mangga tersebut ditunjukkan dalam kolom (4) yaitu sebanyak Rp 3 000.

Grafik Surplus Konsumen 

Surplus konsumen dapat juga digambarkan secara grafik, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam gambar 7.3. grafik (i) memberikan suatu gambaran umum tentang menentukan surplus konsumen secara grafik. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga, sedangkan sumbu datar menggambarkan jumlah barang yang dikonsumsi. Nilai guna total yang diperoleh dari mengkonsumsi Q buah mangga digambarkan oleh AOQB. Untuk memperoleh mangga tersebut, si pembeli harus membayar OQBP. Maka segitiga APB menggambarkan surplus konsumen yang dinikmati oleh pembeli mangga tersebut. Grafik (ii) menggambarkan surplus konsumen seperti yang diuraikan dalam contoh angka sebelum ini, yang diringkaskan dalam Tabel 7.3. DD adalah kurva permintaan yang digambarkan data dalam kolom (2) dari tabel 7.3. harga adalah Rp 700 untuk setiap mangga. Surplus konsumen untuk setiap unit mangga yang dibeli ditunjukkan oleh garis tegak diantara garis harga dengan kurva permintaan. sebagai contoh, garis MN adalah surplus konsumen yang diperoleh dari memakan mangga yang ketiga.  

Pembeli bersedia membayar mangga sebanyak Rp 1.300 tetapi harga pasar adalah Rp 700. Dengan demikian nilai MN-yaitu surplus konsumen adalah = Rp 1.300 - Rp 700 = Rp 600. Jumlah surplus konsumen diperoleh dengan menjumlahkan nilai garis-garis tegak yang seperti itu dari pertama hingga keenam.


Belum ada Komentar untuk "Teori Tingkah Laku Konsumen: Teori Nilai Guna (Utiliti) Ekonomi Mikro"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel