Pengantar Ekonomi Makro: Teori Investasi
TEORI INVESTASI
A. Definisi Investasi
Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat.
Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasikan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barangbarang modal yang lama yang telah haus dan perlu didepresiasikan.
Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku kegiatan ekonomi untuk pembelian atau penambahan barang modal.
Barang modal adalah barang barang yang harus melalui proses produksi lebih lanjut untuk menjadi barangjadi atau barang yang siap untuk dikonsumsi.
Sedangkan barang konsumsi adalah barang-barang yang siap untuk dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan tidak memberikan pendapatan bagi yang mengkonsumsinya. Barang konsumsi memberikan utility bagi yang menggunakannya.
Sebagai contoh adalah mobil. Apakah mobil dikategorikan barang konsumsi atau barang modal? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu kita meninjau, mobil tersebut digunakan untuk apa.
Apabila mobil tersebut dipakai oleh seorang supir taksi, maka mobil dalam perspektif ini adalah barang modal. Mobil dipakai sebagai salah satu faktor produksi bagi supir taksi guna memberikan pelayanan/jasa bagi konsumennya. Sementara itu, mobil bagi seorang istri direktur bank adalah barang konsumsi, karena ia dapat berjalan-jalan dan berbelanja dengan mobil tersebut.
Jenis investasi secara garis besar dapat dibagi atas dua kategori, yaitu (1) investasi sektor riil dan (2) investasi sektor finansial. Investasi sektor riil adalah investasi terhadap barang-barang yang tahan lama (barang-barang modal), sedangkan investasi sektor financial adalah investasi terhadap surat-surat berharga di pasar modal seperti saham, obligasi, dan lain-lain.
Dari pengertian-pengertian investasi tersebut, umumnya diakui bahwa investasi meliputi investasi finansial (financial investment) seperti pada saham dan obligasi, dan investasi pada barang-barang modal (riil investment) seperti pembangunan pabrik-pabrik, pembelian mesin, pembangunan gedung, pembangunan dan pengembangan lahan untuk pertanian dan perkebunan.
Pengeluaran, penanaman, atau pembentukan modal yang digolongkan sebagai investasi adalah :
- a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
- b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tinggal, bangunan kantor, pabrik, dan bangunan lainnya.
- c. Penanam nilai stock barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, barang dalam proses produksi.
Tiga komponen investasi yang tersebut diatas disebut investasi bruto yaitu meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi nilai depresiasi disebut investasi neto
B. Jenis-Jenis Investasi
Dari pengertian investasi yang tersebut diatas, investasi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
- Investasi pada wahana keuangan (financial investment) seperti saham, obligasi, dan surat berharga lainnya baik jangka pendek dan jangka panjang.
- Investasi pada barang-barang modal (riil investment) seperti pembelian mesin produksi, pembangunan gedung perkantoran, pabrik, pembangunan dan pengembangan lahan untuk pertanian dan perkebunan.
Bagaimana pandangan makro ekonomi terhadap kedua kelompok investasi tersebut baik financial investment dan rill investment. Pada dasarnya individu atau perusahaan mau melakukan investasi baik pada investasi keuangan dan investasi riil mengacu kepada harapan (expectation) dan resiko (risk) yang diperkirakan akan terjadi.
Dengan kata lain kedua kelompok investasi ini sama-sama mengharapkan keuntungan tetapi dengan tingkat resiko yang berbeda. Dapat dikatakan dengan berinvestasi disektor finansial resiko dari dana atau modal dapat diprediksi kecil atau rendah, sedangkan berinvestasi pada sektor riil resiko diprediksi besar atau tinggi, walaupun kedua jenis resiko ini sama-sama dipengaruhi oleh kondisi, mekanisme pasar, atau permintaan dalam perekonomian.
C. Pelaku Investasi
1). Pemerintah (Public Investement)
Pemerintah umumnya dilakukan tidak dengan untuk mendapatkan keuntungan tetapi tujuan utamanya adalah memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya jalan raya, irigasi, rumah sakit dan lain sebagainya.
Kegiatan investasi yang memberikan faedah umum (public utilities) seperti pelabuhan, bendungan, dan sebagainya disebut sebagai social overhead capital. Economic overhead capital adalah sebagai plant dan equipment yang diperlukan untuk naungan dan pemukiman.
Investasi Pemerintah (Public Investment) Investasi pemerintah ini umumnya dilakukan tidak dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan, tetapi tujuan utamanya adalag untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pembangunan jalan, jembatan, bendungan dan lain-lain. Investasi-investasi itu sering disebut Social Overhead Capital (SOC).
Keuntungan bagi investasi-investasi ini baru terasa bilamana timbulah pertambahan permintaan dalam masyarakat. Bertambahnya permintaan efektif, juga menaikkan pendapatan.
Public investment ini sering juga disebut sebagai investasi yang otonom, yaitu investasi yang timbul bukan karenanya adanya tambahan pendapatan. Investasi ini tidak menarik bagi swasta, karena investasi ini memerlukan biaya yang sangat besar, dan investasi ini tidak memberikan keuntungan secara langsung, melainkan secara berangsur-angsur dalam beberapa tahun
2. Swasta (Private Investment)
Kegiatan investasi yang dilakukan oleh swasta dan ditujukan untuk memperoleh keuntungan dan didorong adanya pertambahan pendapatan. Bilamana pendapatan bertambah, konsusmsi juga akan bertambah, dan bertambah pula efective demand.
Private investment adalah jenis investasi yang dilakukan swasta dan ditunjukan untuk memperoleh pendapatan dan diring oleh karena adanya pertambahan pendapatan. Oleh sebab itu apabila pendapatan bertambah konsumsi bertambah dan bertambah pula effective demand.
Investasi swasta ini juga disebut induced investment, Induced investment adalah suatu investasi yang ditimbulkan oleh sebab bertambahnya permintaan yang sumbernya terletak pada penambahan pendapatan.
3. Pemerintah dan Swasta
Jenis investasi yang dilakukan oleh public maupun swasta ialah investasi luar negeri. Investasi luar negeri terjadi dari selisih antara ekspor dan impor. Jenis investasi yang dilakukan oleh publik dan swasta adalah investasi luar negri (foreign investment).
Foreign Investment terjadi dari selisih antara export di atas import. Induced investment dalam hal ini adalah disebabkan oleh perkembangan ekonomi diluar negeri. Jadi sifat induced investment adalah suatu investasi karena adanya pertambahan pendapatan.
Investasi dalam jenis ini sangat memungkinkan dikembangkan dalam era globalisasi ekonomi di mana batasbatas wilayah ekonomi suatu negara menjadi tidak jelas. Masalahnya sekarang adalah bagaimana tiap-tiap negara dapat memberikan rangsangan agar investasi asing masuk.
D. Tipe Investor
Secara umum, profil risiko yang menggambarkan karakter investor dalam berinvestasi ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu tipe konservatif, moderat, dan agresif.
1. Tipe Konservatif (risk averse)
Investor yang bertipe konservatif memiliki profil risiko yang rendah dan cenderung menghindari risiko (risk averse). Dalam hal berinvestasi, investor ini lebih menyukai instrumen investasi yang aman dan takut jika pokok investasi (modal awal) akan berkurang.
Selain itu, tipe investor ini juga merasa nyaman dengan instrumen investasi yang imbal hasilnya tidak terlalu besar tetapi bergerak stabil. Namun untuk memaksimalkan hasil investasinya, ada baiknya investor konservatif ini melakukan investasi dengan tujuan jangka panjang. Sebab, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai investasi yang diinginkan tidak akan bisa diperoleh dalam jangka pendek.
Adapun instrumen investasi yang cocok untuk investor dengan profil ini seperti tabungan, deposito, dan reksadana pasar uang. Instrumen lain seperti reksadana pendapatan tetap atau obligasi pemerintah juga dapat menjadi alternatif pilihan investor berprofil risiko ini. Sebab, kedua aset tersebut berpotensi menghasilkan imbal hasil lebih tinggi dengan risiko yang relatif rendah dalam jangka menengah hingga panjang.
2. Tipe Moderat (risk neutral)
Investor yang berprofil risiko moderat (sedang) ini memliki karakteristik yang siap menerima fluktuasi jangka pendek dengan potensi keuntungan yang diharapkan dapat lebih tinggi dari tingkat inflasi dan deposito.
Tipe investor moderat ini sudah berani mengambil risiko, meski dalam porsi yang masih medium, karena sadar akan konsekuensi imbal hasil yang lebih tinggi, tapi juga potensi kerugiannya. Investor moderat biasanya mengurangi porsi obligasi pemerintah, reksa dana pasar uang, dan reksa dana terproteksi dan mengalihkannya ke jenis instrumen investasi lain sebesar 30-40%, seperti pada reksa dana campuran, saham, dan reksa dana saham.
3. Tipe Agresif (risk seeker)
Investor yang memiliki profil risiko agresif sangat siap untuk kaya dan juga siap untuk jatuh miskin (risk taker). Sesorang dengan profil risiko agresif siap kehilangan sebagian besar atau bahkan seluruh dana investasinya demi imbal hasil yang besar.
Pemilik profil risiko agresif ini siap untuk berinvestasi di seluruh instrumen keuangan seperti reksadana saham dan juga termasuk trading saham, forex, index dan komoditas. Tipe ini juga biasanya memiliki keberanian untuk terjun langsung ke dunia bisnis dan properti.
Itulah beberapa tipe investor berdasarkan dengan profil risikonya dalam berinvestasi. Selain profil risiko, jangka waktu juga harus disesuaikan dengan tujuan atau kebutuhan investasi kita. Patut diingat juga profil risiko dan jangka waktu ini merupakan kunci sukses dalam berinvestasi.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam jangka panjang seperti :
- Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
- Tingkat bunga.
- Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
- Kemajuan teknologi.
- Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
- Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan
Faktor-factor tersebut secara rinci dapat dijelaskan berikut ini:
1. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)
Investor akan menanamkan modalnya pada jenis investasi yang memberikan prospek yang baik dan menguntngkan. Jika investasi yang dipilih sudah tidak menguntungkan lagi, maka investor akan berpindah pada investasi yang lebih menguntungkan.
Investor harus selalu mengamati kinnerja peerusahaan tempat ia menanamkan modalya. Naik turunnya saham dapat menjadi indikator apakah perusahaan tesebut memiliki kinerja yang baik ataupun tidak. Selain itu para investor dapat menganalisis kondisi internal dan eksternal perusahaan.
a. Kondisi Internal Perusahaan.
Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol Perusahaan, seperti tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi. Sedangka faktor non-teknis, seperti kepemilikkan hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan denga pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
b. Kondisi Eksternal Perusahaan.
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi utama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestic maupun internasional.
Kondisi perusahaan yang semakin menguntungkan akan cenderung mempengaruhi para investor untuk melakukan investasi sedangakan sebaliknya, jika kondisi perusahaan semakin mengalami kerugian atau hanya memberikan keuntungan yang sangat minim maka akan mempengaruhi kegiatan investasinya akan enggan untuk dilaksanakan.
2. Tingkat Suku Bunga
Hal yang paling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan investasi makin menurun. Namun tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi dan faktor yang mempengaruhi adalah masalah kelembagaan.
3. Ramalan Kondisi di Masa Depan
Pada perusahaaan besar yang melakukan kegiatan investasi yang sangat besar dapat memakan waktu yang lama. Pada saat investasi sudah selesai dilaksanakan yaitu pada saat industri dan perusahaan yang didirikan sudah mulai menghasilkan barang dan jasa, maka ia akan terus melakukan kegiatannya selama beberapa tahun.
Dalam investasi yang seperti itu, biasanya modal baru akan diperoleh kembali (break event point) apabila kegiatan produksi telah berlangsung beberapa tahun ke depan. Oleh sebab itu dalam mementukan apakah kegiatan investasi yang akan dilakukan dapat menghasilkan keuntungan ataupun menimbulkan kerugian,para investor harus membuat peramalan kondisi ekonomi dimasa mendatang.
Ramalan tersebut berupan kondisi perekonomian apakah akan menjadi lenih baik pada masa depan dengan ciri-cirinya harga barang dan jasa akan tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan masyarakat akan berkembang dengan cepat ataupun kondisi sebaliknya.
Keputusan investasi yang akan dilakukan bergantung pda peramalan kondisi ekonomi di masa yang akan dating datang, apabila prospek ke depan akan menggairahkan dan menguntungkan maka akan mendorong pertumbuhan invesatsi.
Begitupun sebaliknya jika ramalan kondisi perekonomian yang lesu cenderung akan menimbulkan kerugian maka akan mempengaru para investor untuk menahan atau membatalkan kegiatan investasinya.
4. Kemajuan Teknologi
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para investor adalah perubahan dan perkembangan teknologi dalam kegiatan produksi. Teknologi tinggi dan tepat guna mampu meningkatkan produktivitas sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.Selain itu produktivitas yang tinggi akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya akan dinikmaati oleh para pekerja. Mneingkatnya pendapatan para pekerja akan meningkatkan jumlah konsumsi sehingga akan mendorong laju investasi. Bila kondisi ini tercipta secara terus menerus dan berkelanjutan maka akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya, semakin tinggi perkembangan teknonologi dan kemajuan teknologi yang tercipta maka semakin banyak pula kegiatan pembaharuan yang dialkukan para pengusaha. Dalam melaksanakan pembaharuan perusahaan melakukan pembelian barang modal baru, dan adakalanya harus mendirikan bangunan gedung baru. Maka semakin banyak pembaharuan yang dilakukan oleh perusahaan maka semakin tinggi tingkat investasi yang tercapai.
5. Efek Perubahan Pendapatan Nasional
Dalam kebanyakan analisis mengenai penentuan pendapatan nasional pada umumnya, investasi yang dilakukan oleh pengusaha merupakan investasi berbentuk otonomi. Walau bagaimanapun pengaruh pendapatan nasional terhadap pendapatan nasional tidak dapat diabaikan.
Perlu disadari bahwa tingginya pendapatan nasional yang telah diterima akan memperbesar tingkat pendapatan masyarakat dan selanjutnya dengan tingginya pendapatan masyarakat yang diterima akan membuat tingginya permintaan akan barang dan jasa.
Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak invesatasi. Dengan kata lain, jika pendapatan nasional bertambah tinggi maka investasi akan bertambah tinggi pula dan begitupun dengan sebaliknya.
6. Keuntungan perusahaan
Dana investasi perusahaan diperoleh dari meminjam atau tabungan sendiri. Tabungan perusahaan sendiri dihasilkan dari keuntungan, semakin besar untungnya maka semakin besar juga keuntungan yang tetap disimpan perusahaan. Keuntungan yang semakin besai ini akan memungkinkan perusahaan memperluas usahanya ataupun mengembangkan usaha baru.
Belum ada Komentar untuk "Pengantar Ekonomi Makro: Teori Investasi"
Posting Komentar